BAB I
TINJAUAN
TEORITIS
I.
TINJAUAN
TEORITIS MEDIS
A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. (Rustam Mochtar,1998)
Masa nifas adalah periode
sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat – alat reproduksi tengah
kembali kepada kondisi normal. (Barbara F. weller 2005).
Post partum adalah proses
lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari
Saifuddin,2002 )
Masa post partum terbagi 3
tahap, yaitu :
1.
Immediet
post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan)
2.
Early post
partum periode (hari kedua sampai ketujuh setelah melahirkan)
3.
Post Date partum (minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah melahirkan)
B. Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang
terjadi pada ibu post partum normal, yaitu :
a.
System
reproduksi
a.
Involusi
uterus
Proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus
turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam
fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis.
Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
b.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus
meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai
respons terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hemostasis
pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,
bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang
dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam
pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus
selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c.
After pain
Pada primipara, tonus uterus
meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami
multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal
puerperium.
d.
Lochea
Pengeluaran darah dan jaringan
desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas disebut lokia. Lokia
ini terdiri dari lokia rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan
terutama darah, lokia serosa (4- 8 hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah
muda (hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih
atau hampir tidak berwarna.
e.
Serviks
Servik mengalami involusi
bersama-sama uterus. Setelah persalinan ,ostium eksterna dapat dimasuki oleh
dua hingga tiga jari tangan; setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.
f.
Vulva dan
vagina
Vulva dan vagina mengalami
penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan
dalam beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.
g.
Perineum
Segera setelah melahirkan,
perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala
bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
h.
Payudara
Payudara mencapai maturasi
yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan
menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai
reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
i.
Traktus
urinarius
Buang air kecil sering sulit
selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme (kontraksi otot yang
mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema leher buli – buli sesudah bagian
ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
b.
Tanda –
tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam
pertama) setelah melahirkan meningkat menjadi 380C sebagai akibat pemakaian
tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal,
bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum
perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis dan sebagainya.
Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat
menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
c.
System
kardiovaskuler
a.
Tekanan
darah
Tekanan darah sedikit berubah
atau tetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan
seakan ingin pingsan segera berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b.
Denyut nadi
Nadi umumnya 60 – 80 denyut
permenit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat
takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada
penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding
suhu. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.
c.
Komponen
darah
Hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit akan kembali kekeadaan semula sebelum melahirkan.
d.
System
endokrin
Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan signifikan hormon – hormon yang diproduksi oleh organ
tersebut. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah
plasenta keluar, kadar terendahnya tercapai kira – kira satu minggu
pascapartum. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat
pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang
menyusui pada pascapartum hari ke 17 (bowes ,1991)
Kadar prolaktin meningkat
secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin
tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui,
dan banyak makanan tambahan yang diberikan.
e.
System
perkemihan
Perubahan hormonal pada masa
hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal,
sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian
menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira – kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil.
(Cunningham, dkk; 1993) pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius
bisa menetap selama tiga bulan.
f.
System
gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah
melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makan – makanan ringan. penurunan
tonus dan mortilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan
bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi
karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau
hemoroid.
g.
System
muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal –
hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat
ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam
sampai ke 8 setelah wanita melahirkan.
h.
System
integument
Kloasma yang muncul pada masa
kehamilan biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola
dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
C. Adaptasi Psikologis
Rubin (1961) membagi menjadi 3
fase :
1.
Fase taking
in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post
partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan,
menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat keputusan.
2.
Fase taking
hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai
dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan
diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam
menerima pendidikan kesehatan.
3.
Fase letting
go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari
kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan
fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi dengan bayi.
D. Penatalaksanaan
Medis
1. Tes diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis; kadar urin, darah.
2.
Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
II.
TINJAUAN
TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
b.
Sirkulasi
Episode diaforetik lebih
sering terjadi pada malam hari.
c.
Integritas
ego
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira
3 hari setelah melahirkan).
d.
Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua
dan kelima
e.
Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan kira-kira hari ketiga
f.
Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5
pascapartum.
g.
Seksualitas
·
Uterus 1 cm
diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari
setiap harinya.
·
Lokhea rubra
berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (mis, rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas
(mis, menyusui).
·
Payudara :
produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada
hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri
(akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b.
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
c.
Menyusui
berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi
bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d.
Resiko
tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).
e.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
3. Perencanaan
Asuhan Keperawatan
DX I :Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria
hasil :Mengidentifikasi dan
mengunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat,
mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi :
1.
Tentukan
adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan
kelahiran.
2.
Inspeksi
perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
3.
Berikan
kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah kelahiran.
4.
Berikan
kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan 105o F
(38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam 1.
5.
Anjurkan
duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.
6.
Infeksi
hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4
jam, penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
7.
Kaji nyeri
tekan uterus, tentukan adanya dan
frekuensi/intensitas after pain.
8.
Anjurkan
klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan tehnik
visualisasi atau aktivitas pengalihan.
9.
Inspeksi
payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah –
pecah.
10. Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11. Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres
panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan
susu secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
12. Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui.
13. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid.
Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala
ditentukan.
Kolaborasi :
15. Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama
2 – 3 minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi
pertama.
16. Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak
menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan
afterpain.
17. Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum
bila dibutuhkan.
18. Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi
pungsi dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
DX II :Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,
usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan :setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat
pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria
hasil :mengungkapkan pemahaman
tentang proses menyusui, mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui,
menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan
setelah menyusui.
Intervensi :
1.
Kaji
pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
2.
Tentukan
system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
3.
Berikan
informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor – factor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
4.
Demostrasikan
dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama
menyusui dan lama menyusui.
5.
Kaji putting
klien, anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
6.
Anjurkan
klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30 menit setelah
menyusui.
7.
Instruksikan
klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus diindikasi.
8.
Berikan
pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting masuk
atau datar.
Kolaborasi :
9.
Rujuk klien
pada kelompok pendukung; misal posyandu
10. Identifikasi sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi
DX III :Gangguan
pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria
hasil : Klien dapat
memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
Intervensi:
1.
Kaji tingkat
kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2.
Bantu klien
dalam memenuhi kebutuhannya.
3.
Dekatkan
alat-alat yang dibutuhkan klien.
4.
Libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
DX IV :Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
( misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,
inkompabilitas Rh).
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera teratasi.
Kriteria
hasil:mendemonstrasikan perilaku
untuk menurunkan factor – faktor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi:
1.
Tinjau ulang
kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat
tanda – tanda anemia.
2.
Anjurkan
ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anesthesia
subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan
bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan
supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel
pemanggil dalam jangkauan klien.
3.
Berikan
klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit kepala,
atau gangguan penglihatan.
4.
Catat efek –
efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella dan pantau
status pernapasan.
5.
Inspeksi
ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis, perhatikan ada atau
tidaknya tanda human.
6.
Berikan
kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang
sakit.
7.
Evaluasi
status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada telur atau
bulu.
Kolaborasi :
8.
Berikan
MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
9.
Berikan kaus
kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko – risiko atau gejala
– gejala flebitis terjadi.
10. Berikan antikoagulasi, evaluasi faktor – faktor koagulasi, dan perhatikan
tanda – tanda kegagalan pembekuan.
11. Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum, sesuai
indikasi.
DX V :Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan
peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria
hasil :mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan risiko/meningkatkan
penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen dan bebas dari
infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi:
1.
Kaji catatan
prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi,
hemoragi, dan tertahannya plasenta.
2.
Pantau suhu
dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
3.
Kaji lokasi
dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri
tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada
kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4.
Evaluasi
kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan.
Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik
pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5.
Inspeksi
sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan
perlekatan), atau adanya laserasi.
6.
Perhatikan
frekuensi/jumlah berkemih.
7.
Kaji
terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis :peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang
terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.
8.
Anjurkan
perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9.
Anjurkan dan
gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang kotor,
pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
10. Kaji status nutrisi klien, Perhatikan
tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan
penambahan berat badan prenatal.
11. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan
zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
12. Tingkatkan tidur dan istitahat.
Kolaborasi :
13. Kaji jumlah sel darah putih (SDP).
4.
Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan keperawatan
merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari rencana keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk
mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien.
Proses pelaksanaan keperawatan
mempunyai lima tahap, yaitu :
a.
Mengkaji
ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi memberikan mekanisme
bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih
sesuai.
b.
Menelaah dan
modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
Modifikasi rencana asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien.
Modifikasi rencana asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I.
BIODATA
Nama ibu :
Ny M.T Nama
Suami : Tn S.S
Alamat :
Siborong-borong Alamat :Siborong-borong
Umur :
24 tahun Umur : 27 Tahun
Agama :
Kristen Agama : Kristen
Suku bangsa : Batak Suku
Bangsa : Batak
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTA Pendidikan : S I
II.
STATUS
PERKAWINAN
1. Umur
perkawinan pertama : 6 tahun
2. Usia
perkawinan pertama : 19 tahun
3. Dengan
suami sekarang : 6 tahun
III. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan
utama : lemas
2. Keluhan
lain : nyeri
3. Penyakit
yang diderita :
tidak ada
4. Penyakit
yang dialami : tidak ada
5. Penyakit
keturunan : tidak ada
IV. RIWAYAT KEHAMILAN/ PERSALINAN
a. Gravida
: 2 Abortus :
- Para : 2
Masa gestasi : 38-42 minggu : 38
Masa gestasi : 38-42 minggu : 38
Kelaina selama hamil : tidak ada
b. Tanggal
persalinan : 21 Januari 2014
Jenis persalian : Sectio Caecarea
Lama persalinan : ± 40 menit
Perdarahan : ada ±(1500 cc)
Penyulit dalam persalinan : letak bayi sungsang
Kondisi anak : baik
APGAR SCORE : normal (7-9)
Kelainan bawaan : tidak ada
c. Rawat
gabung : iya
V.
DATA NUTRISI
a. Kebiasan
makan : 3x1 (nasi+ikan+sayur)
b. Makanan
tambahan : tidak ada
c. Nafsu
makan : baik
d. Makanan
pantangan : tidak ada
e. Masalah : tidak ada
VI. DATA ELIMINASI
BAK :
2x1
BAB :
1x1
VII.
DATA
ISTIRAHAT
Tidur dalam sehari : ±8-10 jam (malam :8 jam siang :2 jam)
Keluhan : tidak ada
VIII.
DATA
AKTIVITAS
Kemampuan dalam sehari : klien belum mampu melakukan aktivitas
IX. DATA PSIKOSOSIAL
a. Bonding
- Sangat
fositif
b. Taking
in : ibu berorientasi
pada dirinya
Taking hold : ibu belum memusatkan perhatiannya pada bayinya
c. Post
partum blues : tidak ada
After pain : ada
d. Pengetahuan
ibu tentang
- Perawatan
bayi : cukup
- Menyusui : baik
- Makanana
bayi : cukup
- Senam
nifas : kurang
- Perawatan
payudara : kurang
- Tanda-
tanda komplikasi : cukup
- Hub.
Sex post partum : baik
e. Tanggapan
ibu tentang menggunkan alat KB
·
Ada rencana : ada
·
Kapan :
setelah kelahiran anak ketiga metode : tubektomi
·
Tanggapan suami : setuju
f. Tanggapan
keluarga atas kelahiran bayi :
senang
X.
PEMERIKSAAN
FISIK
1. Kesadaran : Composmentis
a. Vital
sign : normal
b. TD : 130/80 mmHg
c. RR : 24 x/i
d. HR : 70x/i
e. Temp : 37,5 ºC
f. Konjungtiva : normal
g. Sclera : normal (tidak ada ikterus)
2. Keadaan
payudara
a. Bentuk : simetris kirii dan kanan
b. Puting : menonjol
c. Pengeluaran : ASI
d. Pembengkakan : tidak ada
3. Abdomen
a. Involusi
uteri : ada
b. Tinggi
fundus uteri : 2 jari dibawah
pusat
c. Kontraksi
uterus : normal
d. Posisi
uterus : normal
4. Vulva/
perineum/ rectum
a. Lochea : ada
Warna :
kemerahan
Bau :
amis
b. Kebersihan : daerah perineum nampak bersih
c. Odema : tidak ada
d. Varises : tidak ada
e. Haemoroid : tidak ada
f. Luka
jahitan : ada
g. Keadaan
luka : bersih
h. Infeksi : tidak ada tanda-tanda
infeksi
i.
Keluhan :
nyeri
5. Tungkai
bawah
a. Tromboplebitis : tidak ada
b. Edema : tidak ada
6. Kondisi
fisik lainya : sehat/ baik
ANALISA DATA
|
No
|
Tanggal
|
Symtomp
|
Etiologi
|
Problem
|
|
1
|
21 Jan 2014
|
Ds:
-
Klien mengatakan nyeri pada luka
bekas operasi
Do:
-
Tampak ada luka jahitan
-
Klien nampak meringis kesakitan
-
Skala nyeri 6
|
Insisi
bedah
|
gangguan
rasa nyaman nyeri
|
|
2
|
21 Jan 2014
|
Ds: -
Do:
-
Terdapat luka operasi
-
Luka masih basah
-
Jumlah leukosit 21.900 mg/dl
-
Tidak ada tanda- tanda infeksi
-
terpasang infus RL 20 tts/i
|
Insisi
bedah
|
Resiko
tinngi infeksi
|
|
3
|
21 Jan 2014
|
Ds:
-
klien mengatakan terasa sakit
saat menyusui
-
hisapan bayi masih belum kuat
Do:
-
refleks menghisap bayi belu cukup
kuat
-
ibu kesakitan
|
Kuranga
pengetahun tentang cara perawatan payudara
|
Ketidakefektifan menyusui
|
|
4
|
21 Jan 2014
|
Ds:
-
klien mengatakan takut untuk
bergerak
-
klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak
Do:
-
klien berbaring ditempat tidur
-
klien tampak lemas
|
Nyeri
|
Intoleransi
aktivitas
|
Prioritas masalah:
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri
2. Resiko
tinggi infeksi
3. Ketidakefektifan
menyusui
4. Intoleransi
aktifitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri b/d insisi bedah
2. Resiko
tinggi infeksi b/d insisi bedah
3. Ketidakefektifan
menyusui b/d kurang pengetahuan tentang perawatan payudara
4. Intoleransi
aktifitas b/d nyeri
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
|
No
|
Tanggal
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
||||
|
1
|
21 Jan 2014
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri b/d insisi bedah
|
Setelah dilakukan tindakan
3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat teratasi
Dengan kriteria:
- nyeri hilang
- skala nyeri 0
- klien dapat beraktifitas
|
-
Observasi tranda- tanda vital
-
Kaji skala nyeri, lokasi dan
intensitasnya
-
Atur posisi klien senyaman
mungkin
-
Ajarkan latihan teknik nafas
dalam kepada klien
-
Alihkan perhatian klien dengan
memberikan aktifitas hiburan
-
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik
|
-
Mengetahui keadaan umum klien
-
Mengetahui skala nyeri, lokasi
nyeri, dan penyebab nyeri bertambah
-
Posisi yang nyaman dapat
meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi nyeri yang dirasakan
-
Latihan nafas dalam dapat membantu
klien dalam mengurangi rasa nyeri yang sedang dialami
-
Nyeri yang dialami bisa berkurang
jika klien mampu mengalihkan perhatiaanya terhadap hal- hal yang lain
-
Analgesik dapat memblok pusat
nyeri
|
|
2
|
21 Jan 2014
|
Resiko tinggi infeksi
b/d insisi bedah
|
setalah dilakukan
tindakan selama 3x24 jam infeksi tidak terjadi
dengan kriteria:
- Tidak
ada tanda-tanda peradangan
- Luka
operasi kering
- Jumlah
leukosit dalam batas normal
|
-
Observasi tanda- tanda vital
-
Kaji tanda- tanda infeksi seperti
kemerahan, oedema, panas, bau, adanya pus, dan nyeri
-
Lakukan perawatan luka dengan
teknik septik dan aseptik
-
Ajarkan klien dalam melaksanakan
perawatan vulva dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan vulva
-
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik
|
- Mengetahui
keadaan umum klien
- Deteksi
dinimunkin adanya infeksi sehingga infeksi lanjutan dapat dihindari
- Teknik septik dan aseptik dapat mengurangi
kontaminasi bakteri
- Klien
akan mampu melakukan perawatan sendiri secara mandiri dan menjaga kebersihan
vulvanya, vulva yang tidak bersih menjadi sumber penyebab infeksi
- Pemberian
antibiotik secara teratur akan dapat mengurangi dan mencegah infeksi terjadi
|
|
3
|
21 Jan 2014
|
Ketidakefektifan
menyusui b/d kurang pengetahuan tentang perawatan payudara
|
Setelah dilakukan
tindakan selam 3x24 jam klien akan mampu menyusui dengan efektif
|
-
Observasi keadaan/kondisi
payudara klien
-
Ajarkan dan demonstrasikan kepada
klien cara dalam melakukan perawatan payudara yang baik dan benar
-
Anjurka klien agar klien
malakukan perawatan payudara secara teratur 2x sehari
|
- Untuk
mengetahui keadaan payudara
- Menambah
pengetahuan klien tentang perawatan payudara
- Perawatan
payudara dapat yang baik dan benar akan meningkatkan produksi ASI
|
|
4
|
21 Jan 2014
|
Intoleransi aktifitas
b/d insisi bedah
|
Setelah dilakukan
tindakan 3x24 jam diharapkan klien mampu melakukan aktifitas ringan
|
-
Kaji tingkat kemampuan klien
-
Bantu dan latih klien untuk merubah posisi
sesering mungkin (miring kanan, miring kiri, dan duduk)
-
anjurkan kepada klien untuk melakukan
pergerakan (kekamar mandi, berjalan, dll) dan anjurkan keluarga untuk tetap
mendampingi.
-
Beritahukan kepada klien akibat
yang akan timbul jika terlalu lama ditempat tidur tanpa pergerakan,
|
- Untuk
mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
- Membantu
untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi darah
- Dengan
melakukan pergerakan akan melatih otot-otot klien dalam berkontraksi
- Dengan
mengetahui akibat yang akan terjadi maka klien akan berusaha untuk melakukan
pergerakan/aktivitas.
|
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
|
No
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1
|
21 Jan 2014
|
Pukul 05. 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
- Mengkaji
skala nyeri, lokasi, dan intensitasnya
- Memberikan
posisi yang nyaman kepada klien
- Memberikan
aktifitas hiburan kepada klien
Pukul
07.30
- Memberikan
suntikan analgesik
-. Ketorolac 1 amp/ 12 jam |
Pukul 08.00
S:
-
Klien mengatakan nyeri disekitar
luka operasi masih ada
O:
-
Luka tampak masih basah
-
Klien tampak meringis kesakitan
-
Skala nyeri 6
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
2
|
21 Jan 2014
|
Pukul 05 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
Pukul
07.00 wib
-
Mengajarkan klien dalam
melaksanakan perawatan vulva dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan
vulva
-
Mengkaji tanda- tanda infeksi
seperti kemerahan, oedema, panas, bau, adanya pus, dan nyeri
Pukul
09.00
-
Melakukan perawatan luka dengan
teknik septik dan aseptik
Pukul
07.30 wib
-
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik
-. Cefotaxime 5 cc/ 12 jam |
Pukul 09.15 wib
S: -
O:
- Terdapat
luka operasi
- Luka
masih basah
- Jumlah
leukosit 21.900 mg/dl
- Tidak
ada tanda- tanda infeksi
- terpasang
infus RL 20 tts/i
A:
Masalah belum teratasi
P:
lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
3
|
21 Jan 2014
|
Pukul 08.15 wib
-
Mengobservasi keadaan/kondisi
payudara klien
-
Mengajarkan dan demonstrasikan
kepada klien cara dalam melakukan perawatan payudara yang baik dan benar
-
Menganjurkan kepada klien agar
klien malakukan perawatan payudara secara teratur 2x sehari
|
Pukul
08.45 wib
S:
-
Klien mengatakan terasa sakit
saat menyusui
-
Hisapan bayi masih belum kuat
O:
-
Refleks menghisap bayi belu cukup
kuat
-
ibu kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
4
|
21 Jan 2014
|
Pukul
07.50 wib
-
Mengkaji tingkat kemampuan klien
-
membantu dan melati
klien untuk merubah posisi sesering mungkin (miring kanan, miring
kiri, dan duduk)
-
anjurkan kepada klien untuk
melakukan pergerakan (kekamar mandi, berjalan, dll) dan anjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi.
-
Beritahukan kepada klien akibat
yang akan timbul jika terlalu lama ditempat tidur tanpa pergerakan,
|
Pukul 08.25 wib
S:
-
Klien mengatakan takut untuk
bergerak
-
Klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak
O:
-
Klien berbaring ditempat tidur
-
klien tampak lemas
A:
Masalah belum teratasi
P:
lanjutkan implementasi keperawatan
|
E. CATATAN PERKEMBANGAN I
|
No
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1
|
22 Jan 2014
|
Pukul 05. 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
- Mengkaji
skala nyeri, lokasi, dan intensitasnya
- Memberikan
posisi yang nyaman kepada klien
- Memberikan
aktifitas hiburan kepada klien
Pukul
07.30
Memberikan suntikan analgesik
-. Ketorolac 1 amp/ 12 jam |
Pukul 08.00
S:
-
Klien mengatakan nyeri disekitar
luka operasi bisa dikontrol
O:
-
Luka tampak masih basah
-
Klien tampak menahan rasa sakit
-
Skala nyeri 4
A:
masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
2
|
22 Jan 2014
|
Pukul 05 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
Pukul
07.00 wib
-
Mengajarkan klien dalam
melaksanakan perawatan vulva dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan
vulva
-
Mengkaji tanda- tanda infeksi
seperti kemerahan, oedema, panas, bau, adanya pus, dan nyeri
Pukul
09.00
-
Melakukan perawatan luka dengan
teknik septik dan aseptik
Pukul
07.30 wib
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian antibiotik
-. Cefotaxime 5 cc/ 12 jam |
Pukul 09.15 wib
S: -
O:
- Terdapat
luka operasi
- Luka
nampak lembab
- Jumlah
leukosit 21.900 mg/dl
- Tidak
ada tanda- tanda infeksi
- terpasang
infus RL 20 tts/i
A:
Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
3
|
22 Jan 2014
|
Pukul 08.15 wib
-
Mengobservasi keadaan/kondisi
payudara klien
-
Mengajarkan dan demonstrasikan
kepada klien cara dalam melakukan perawatan payudara yang baik dan benar
-
Menganjurkan kepada klien agar
klien malakukan perawatan payudara secara teratur 2x sehari
|
Pukul
08.45 wib
S:
-
Klien mengatakan masih terasa
sakit saat menyusui
-
Hisapan bayi kuat
O:
-
Refleks menghisap bayi kuat
-
Ibu masih kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
4
|
22 Jan 2014
|
Pukul
07.50 wib
-
Mengkaji tingkat kemampuan klien
-
membantu dan melati
klien untuk merubah posisi sesering mungkin (miring kanan, miring
kiri, dan duduk)
-
anjurkan kepada klien untuk
melakukan pergerakan (kekamar mandi, berjalan, dll) dan anjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi.
-
Beritahukan kepada klien akibat
yang akan timbul jika terlalu lama ditempat tidur tanpa pergerakan,
|
Pukul 08.25 wib
S:
-
Klien mengatakan sudah bisa
bergerak
-
Klien mengatakan nyeri saat
bergerak dapat dikontrol
O:
-
Klien tampak duduk ditempat tidur
-
klien tampak lebih rileks
A:
Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
CATATAN PERKEMBANGAN II
|
No
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1
|
23 Jan 2014
|
Pukul 05. 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
- Mengkaji
skala nyeri, lokasi, dan intensitasnya
- Memberikan
posisi yang nyaman kepada klien
- Memberikan
aktifitas hiburan kepada klien
Pukul
07.30
Memberikan suntikan
analgesik
-. Ketorolac 1 amp/ 12 jam |
Pukul 08.00
S:
-
Klien mengatakan nyeri disekitar
luka operasi bisa dikontrol
O:
-
Luka tampak masih basah
-
Klien tampak menahan rasa sakit
-
Skala nyeri 4
A:
masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
2
|
23 Jan 2014
|
Pukul 05 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
Pukul
07.00 wib
-
Mengajarkan klien dalam
melaksanakan perawatan vulva dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan
vulva
-
Mengkaji tanda- tanda infeksi
seperti kemerahan, oedema, panas, bau, adanya pus, dan nyeri
Pukul
09.00
-
Melakukan perawatan luka dengan
teknik septik dan aseptik
Pukul
07.30 wib
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian antibiotik
-. Cefotaxime 5 cc/ 12 jam |
Pukul 09.15 wib
S: -
O:
- Terdapat
luka operasi
- Luka
sudah mulai
- Jumlah
leukosit 21.900 mg/dl
- Tidak
ada tanda- tanda infeksi
- terpasang
infus RL 20 tts/i
A:
Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
3
|
23 Jan 2014
|
Pukul 08.15 wib
-
Mengobservasi keadaan/kondisi
payudara klien
-
Mengajarkan dan demonstrasikan
kepada klien cara dalam melakukan perawatan payudara yang baik dan benar
-
Menganjurkan kepada klien agar
klien malakukan perawatan payudara secara teratur 2x sehari
|
Pukul
08.45 wib
S:
-
Klien mengatakan rasa sakit saat
menyusui sudah berkurang
-
Hisapan bayi kuat
O:
-
Refleks menghisap bayi kuat
-
Ibu menahan sakit
A:
Masalah belum teratasi
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
4
|
23 Jan 2014
|
Pukul
07.50 wib
-
Mengkaji tingkat kemampuan klien
-
membantu dan melati
klien untuk merubah posisi sesering mungkin (miring kanan, miring
kiri, dan duduk)
-
anjurkan kepada klien untuk
melakukan pergerakan (kekamar mandi, berjalan, dll) dan anjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi.
-
Beritahukan kepada klien akibat
yang akan timbul jika terlalu lama ditempat tidur tanpa pergerakan,
|
Pukul 08.25 wib
S:
-
Klien mengatakan sudah bisa
bergerak
-
Klien mengatakan nyeri saat
bergerak dapat dikontrol
O:
-
Klien tampak duduk ditempat tidur
-
klien tampak lebih rileks
A:
Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
CATATAN PERKEMBANGAN III
|
No
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1
|
24 Jan 2014
|
Pukul 05. 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
- Mengkaji
skala nyeri, lokasi, dan intensitasnya
- Memberikan
posisi yang nyaman kepada klien
- Memberikan
aktifitas hiburan kepada klien
Pukul
07.30
Memberikan suntikan
analgesik
-. Ketorolac 1 amp/ 12 jam |
Pukul 08.00
S:
-
Klien mengatakan nyeri disekitar
luka operasi bisa dikontrol
O:
-
Luka tampak kering
-
Klien tidak merasa kesakitan lagi
-
Skala nyeri 0
A:
masalah teratasi
P: Hentikan implementasi keperawatan
|
|
2
|
24 Jan 2014
|
Pukul 05 30 wib
- Mengobservasi
tanda- tanda vital
·
TD : 130/80 mmHg
·
RR : 24 x/i
·
HR : 70x/i
·
Temp : 37,5 ºC
Pukul
07.00 wib
-
Mengajarkan klien dalam
melaksanakan perawatan vulva dan anjurkan klien untuk melakukan perawatan
vulva
-
Mengkaji tanda- tanda infeksi
seperti kemerahan, oedema, panas, bau, adanya pus, dan nyeri
Pukul
09.00
-
Melakukan perawatan luka dengan
teknik septik dan aseptik
Pukul
07.30 wib
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian antibiotik
-. Cefotaxime 5 cc/ 12 jam |
Pukul 09.15 wib
S: -
O:
- Terdapat
luka operasi
- Luka
sudah kering
- Jumlah
leukosit 21.900 mg/dl
- Tidak
ada tanda- tanda infeksi
- terpasang
infus RL 20 tts/i
A:
Masalah teratasi
P: Hentikan implementasi keperawatan
|
|
3
|
24 Jan 2014
|
Pukul 08.15 wib
-
Mengobservasi keadaan/kondisi
payudara klien
-
Mengajarkan dan demonstrasikan
kepada klien cara dalam melakukan perawatan payudara yang baik dan benar
-
Menganjurkan kepada klien agar
klien malakukan perawatan payudara secara teratur 2x sehari
|
Pukul
08.45 wib
S:
-
Klien mengatakan rasa sakit saat
menyusui sudah tidak ada
-
Hisapan bayi kuat
O:
-
Refleks menghisap bayi kuat
-
Ibu tidak merasakan nyeri saat
menyusui lagi
A:
Masalah teratasi
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
|
4
|
24 Jan 2014
|
Pukul
07.50 wib
-
Mengkaji tingkat kemampuan klien
-
membantu dan melati
klien untuk merubah posisi sesering mungkin (miring kanan, miring
kiri, dan duduk)
-
anjurkan kepada klien untuk
melakukan pergerakan (kekamar mandi, berjalan, dll) dan anjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi.
-
Beritahukan kepada klien akibat
yang akan timbul jika terlalu lama ditempat tidur tanpa pergerakan,
|
Pukul 08.25 wib
S:
-
Klien mengatakan sudah bisa
bergerak
-
Klien mengatakan nyeri saat
bergerak dapat dikontrol
O:
-
Klien tampak duduk ditempat tidur
-
klien tampak lebih rileks
A:
Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi keperawatan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar